Beranda | Artikel
Tsalatsatul Ushul (4) : Tujuan Diciptakannya Manusia
Sabtu, 16 April 2016

Saudaraku, semoga Allah membimbing anda untuk taat kepada-Nya. Ketahuilah bahwa Tauhid yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim adalah anda beribadah kepada Allah semata dengan memurnikan peribadatan kepada-Nya, itulah yang diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia dan hanya untuk itu sebenarnya mereka diciptakan, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).

Kesimpulan Dalil

Hanya untuk tujuan beribadah kepada Allah Ta’ala (bertauhid) sajalah umat manusia ini diciptakan.

Penjelasan Dalil

Perhatikan ayat yang agung ini وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun ‘Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku saja.’ Huruf yang digaris bawah adalah مَا ma dan إِلَّا illa. Penggabungan keduanya menunjukkan pembatasan. Pembatasan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah dalam tujuan penciptaan jin dan manusia. Allah tidaklah menciptakan jin dan manusia, kecuali dalam batasan hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dengan kata lain manusia dan jin diciptakan untuk mentauhidkan Allah dalam peribadatan. Tauhid yang dimaksud adalah tauhid uluhiyyah. Tauhid tersebut juga mencakup tauhid rububiyyah dan tauhid asma` wa sifat [1. Penjelasan kandungan Tauhid Uluhiyyah ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullaah].

***

Perintah Allah yang Paling Agung adalah Tauhid

Perintah Allah yang paling agung adalah tauhid, yaitu memurnikan ibadah untuk Allah semata, sedangkan larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu menyembah selain Allah di samping menyembah-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An-Nisa`: 36).

Kesimpulan Dalil

Perintah Allah yang paling agung adalah tauhid dan larangan Allah yang paling besar adalah syirik.

Penjelasan Dalil

Secara lengkap, ayat yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut.

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

(36) “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman dalam safar, ibnu sabil dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menyebutkan perintah untuk menunaikan sepuluh hak, sehingga ayat ini dinamakan “Ayat tentang sepuluh hak,” sedangkan perintah penunaian hak yang pertama kali disebutkan adalah penunaian hak Allah Ta’ala, yaitu perintah untuk bertauhid dengan menyembah Allah saja dan larangan dari menyekutukan Allah (syirik). Hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah perintah Allah yang paling agung, sedangkan syirik adalah larangan Allah yang paling besar.

Syaikh Abdur Rahman Al-Qosimi rahimahullaah menjelaskan hal ini di dalam kitabnya Hasyiah Kitabit Tauhid bahwa ayat ini dinamakan ayat tentang sepuluh hak. Demikian itu karena ayat ini mengandung sepuluh hak. Ayat tersebut dimulai dengan perintah untuk bertauhid dan larangan dari menyekutukan Allah (syirik). Hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah kewajiban yang paling wajib dan syirik adalah keharaman yang paling besar.

[bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

____

🔍 Kehebatan Imam Mahdi, Daging Anjing Haram, Tulisan Labaik Allahuma Labaik Dalam Bahasa Arab, Pengertian Siksa Kubur, Al Fatikah


Artikel asli: https://muslim.or.id/27861-tsalatsatul-ushul-4-tujuan-diciptakannya-manusia.html